12 Agustus 2008

Sejarah Kumpulan




Assalamu'alaikum

Sederek sedoyo, sejarah kumpulan -ingkang kulo mangertosi saking critanipun ibu-simbah- dipun wiwiti saking era tahun 60-an *mugi-mugi leres pepelingan kulo hehehe*



Nyuwun ngapunten, dicampur pake bahasa Indonesia
Kumpulan yang berarti dalam bahasa Indonesia pertemuan ini memang sudah mentradisi di keturunan mbah Soelomo- Soedomo. Sejak tahun 60-an selepas riyoyo (idul fitri), semua keturunan dikumpulkan di satu tempat -yang selanjutnya dilakukan muter dari rumah ke rumah-. Selain sebagai ajang silaturrahim, kumpulan punya sejuta makna. Tiap tahun rasanya kita bertambah tua, karena generasi kemudian terus berganti. Ibarat daun tua yang tergeser oleh tumbuhnya pucuk daun muda.

Tak percaya? mboten pitadhos?
Panjenengan saget mirsani foto ingkang wonten mriki.
Foto ini di ambil di sekitar tahun 1972-1973, kumpulan diadakan di tempat mbah Ahyani
Keluarga-keluarga sempat berpose bersama (lihat foto)
- Keluarga besar wayah-buyut mbah Soelomo-Soedomo
- Keluarga Pakdhe Amin dan Budhe Yah
- Keluarga Pakdhe Sarwan dan Budhe Nik


Nah, sudah lebih dari empat dasawarsa acara kumpulan tetap berlangsung
Kangge sederek-sederek ingkang bakdho mangkih wangsul dateng Solo
Mugi-mugi saget nyelaaken wekdal wonten Kumpulan

Nuwun

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

13 komentar:

.KEL.THAMZ mengatakan...

SEKELUMIT KISAH PENGABDIAN EYANG PUTRI
MUHARROMAH ( Ny. SOELOMO RESOATMODJO )
( wafat selasa pahing 11 jumadilawal 1393 H / 12 juni 1973 )

Berawal dari kegemaran mengumpulkan remaja puteri islam pada th 1938 beliau kemudian merealisasikan keinginannya membentuk kelompok remaja puteri yang diberi nama “ JAMI’ATUL MUSLIMAT “ dengan menggunakan rumah kediaman beliau di Kauman Solo. ( sekitar tahun 1938 )
Kurang lebih setahun kemudian kelompok tersebut bubar karena berkecamuk Perang Dunia ke II (1939 – 1945 ). Melihat keadaan tersebut Mbah Kyai Mansur Popongan mengangkat Muharromah menjadi BADAL ( Asisten ) yang ditugasi untuk menghidupkan SULUK THARIQAT NAQSABANDIYAH khusus untuk wanita .
Tugas tersebut dijalani dam Beliau mulai dengan mengajak dan mengajarkan amalan2 antara lain pembacaan Surah Yasin 41 x , Shalat2 Sunnat seperti Shalat Tasbih dll. Amalan2 tersebut dilakukan berjamaah . sebagai sarana Taqarrub kapada Allah swt. dalam situasi yang serba sulit ( masa peperangan dan penjajahan )
Perjuangan tetap berlangsung dijalani dengan Istiqamah .hingga tembus kezaman berikutnya yaitu zaman Kemerdekaan .
Buah dari perjalanan diatas SAJADAH YANG PANJANG itu berdirilah organisasi ‘ JAMAAH YASINAN PUTRI yang kegiatannya tetap berpusat di kediaman beliau . pada bulan Rajab 1361 H atau th 1952 , berdekatan dengan bulan kelahiran 2 orang cucunya
Pak HERAWANTO SYAHID dan Pak THAMSIR GHOZALI .
Kegiatan organisasi berlanjut , Da’wah meningkat ,aktifitas berubah bukan hanya sebagai majlis tilawah saja namun sudah berkembang menjadi majlis Ilmu dan Nasihat . jumlah anggota terus bertambah , mereka hadir tidak hanya dari lingkungan kecamatan Pasar Kliwon saja .Jamaahnya datang pula dari kecamatan2 lainnya. Keberadaan MUSHOLA PUTERI di Kauman semakin dirasa perlunya . Berbagai pihak mulai ikut berpartisipasi baik mengenai pembangunan fisik maupun operasionalnya. Sayang sekali dokumen lengkap tentang Jamaah Yasinan dan Musola Puteri telah musnah ditelan Banjir Bandang Kota Solo bulan Maret 1966. dan hari ini makmurnya Mushola Putri ini tak seperti dulu lagi.
Meski demikian masih tercatat dalam ingatan sebagian nama2 Tokoh2 yang turut berperan dalam perjuangan Da’wah ini seperti antara lain dibawah ini :

1. Eyang Kyai Mansur Popongan . 13. R.Ngt. Imam Yahuda 22. Bp. Ibu Umar Syahid
2. R.Ngt. Abdussalam 14 R.Ngt Puspomartono 23. Ibu Achyani
3. KRTP Tafsiranom ke IV 15 R.Ngt Prodjowiyoto 24. Ibu Hj.Ridwan
4. R.Ng Tjondrodiprodjo . 16 R.Ngt. Abdussalam 25. Ibu Hj. Djazuli
5. R.Ngt.Tjondropradoto. 17 KH Amir Thohar
6. RT.Darsonagoro 18 K.H.Dimyati Tjondrowiyoto Dll.
7. Kyai Nurhasan. 19 K.H. Mufti Tjokrowongso
8. R.Wignyosastro 20 Ibu Tumenggung Prawirohardjo
9. R.Sastropinurwo. 21. R.Ngt. Wongsodinomo
10. R.Ay.Pengulu Tafsiranom IV
11. R.Ngt. Soelomo Reksoatmodjo 12. R.Ngt. W

.KEL.THAMZ mengatakan...

KENANGAN YANG TERSISA TENTANG IBU ACHYANI


Putri Sulung dari Eyang SOELOMO ini dikenal oleh sebagian besar keponakannya sebagai seorang yang paling dekat dengan Ibunya disbanding dengan putra2 lainnya. karena disamping satu2nya puteri beliau juga ditinggal wafat Bapak Achyani sejak masih muda . Beliau menjalani hidup nya dengan lima orang putra putrinya hampir sama dengan Ibunya yang kabarnya menjanda sejak usia 36 tahun. Dengan enam putra putrinya, yang kebetulan rumah tinggalnya hanya berseberangan saja .
Ibu Achyani yang nama kecilnya ‘AISYAH” hamper berperan sebagai Mbah putrid kedua bagi ponakan2nya . beliau terkesan tegas pribadinya , teguh pendiriannya , kesehariannya akrab dengan suasana usaha dibidang pakaian yang diproduksi dirumah dan dijual di kiosnya di pasar klewer. Kalau istilah sekarang dibilang pengusaha konfeksi mandiri.. satu2nya putra laki2nya Drs. Taufik Ahyani dengan panggilan akrab mas Nafik
Pensiun sebagai PNS yang mengabdi di Instansi Pemerintah Urusan Keluarga Berencana di Ungaran th 2003..
Tidak banyak yang tahu diantara kita tentang Bapak Achyani dimana dan kapan menikah / wafatnya maupun kisah hidupnya ( Mas Lukman dan Mas Mufid perlu cari tahu , buat referensi khususnya nilai2 keluhuran yang pernah dimiliki ketika hidupnya )
Yang pasti sekarang sudah tenang diperistirahatannya di Kartasura berdampingan dengan Ibu Achyani SEMOHA RAHMAT DAN AMPUNAN ALLAH SWT SENANTIASA MENYERTAI BERSAMA KETENANGAN DALAM PENANTIANNYA. AMIEN.

….thamz….

.KEL.THAMZ mengatakan...

SEKILAS LEMBARAN HIDUP BAPAK H.SUFYAN DARMO SUMARMO


Putera kedua Eyang Soelomo Resoatmodjo yang bertubuh tidak terlalu tinggi dan tidak gemuk ini memiliki kepribadian yang tenang . beliau termasuk ahli hisap ( perokok berat ) .Satu2nya putra hasil perkawinannya dengan Ibu Ma’sumah adalah Bp.Djarir Arifin yang ditinggal ibunya sejak umur lima tahunan . Djarir Arifin yang Yatim ituwafat pula dalam usia kurang dari 50 tahun. Setelah menikah dengan Ibu Tutik dan meninggalkan 3 orang anak2nya yang masih kecil2 Sofia Nursanti, Radian Mustaqim dan Hapsari. Sofiapun juga telah wafat dalam usia muda meninggalkan suami dan 2 orang anaknya yang masih balita , Santi dikebumikan di dekat Masjid kompleks perumahan tempat tinggalnya di Cikampek.
Bp.Darmosumarmo menikah yang kedua dengan Ibu Marliyah dikaruniai 1 orang putera Bp.M.Wahib, dan 2 orang putri Ibu Faridah dan Fadhilah. Pak Sufyan /Pak Darmo satu2nya putera Eyang Soelomo yang ” Hafal Al-Qur’an sejak usia muda sampai wafatnya” Dalam waktu yang cukup lama beliau mengasuh putera puterinya seorang diri sejak kanak2 hingga dewasa.
Maha Suci Allah swt . telah memberikan ketabahan sehingga perjalanan hidupnya dilalui dengan tawakkal semua dapat diselesaikan tanpa guncangan fisik maupun mental yang berarti. Sebagai ummat beriman tentu meyakini bahwa ini merupakan anugerah Allah swt. Dari hikmah yang dihafal dan diamalkannya.
Kesabaran , ketabahan , ketenangan dan kepasrahannya telah mengajarkan kepada kita bahwa Allah swt. Benar2 memberi pertolongan dan kemudahan kepada orang yang hanya menggantungkan harapan kepada Nya meskipun harus melewati ujian dan cobaan yang panjang. Beliau pensiun dari pengabdiannya dilingkungan Dep Agama di Surakarta . Semoga terampuni segala dosa dan kesalahannya. Amien

Anonim mengatakan...

Semoga kumpulan Bani Soelomo-Soedomo tetap terjaga untuk selamanya. Amin :)

Anonim mengatakan...

LINTASAN KISAH HIDUP BP.AHMAD GHOZALI

Beliau adalah putera ketiga Eyang Soelomo Resoatmodjo
Entah Pendidikan formal apa yang ditekuni dijaman penjajahan belanda dan jepang dulu itu , yang pasti menurut cerita beliau kurang lebih satu dasa warsa mbah Ghozali belajar di perguruan Mamba’ul Ulum , Lembaga Pendidikan yang mengajarkan berbagai Ilmu engetahuan dengan Platform Ilmu Agama Islam . Keberadaan Lembaga Pendidikan ini dibawah binaan dan kekuasaan Kraton Surakarta Hadiningrat , menurut informasi kampus ini mempunyai andil dalam mendidik Pak Munawir Sadzali dan Pak Syukri Ghozali ketika masih remaja.
Mbah Ahmad Ghozali termasuk type priyayi yang tak terlalu banyak bicara , keras dalam pendiriannya dan tak mudah larut dalam persoalan2 orang lain yang bukan urusannya . Dalam menjalani hidupnya napak sekali tak pernah ngoyo tapi konsisten dengan ilihan dan keputusannya. Sebagai Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Dep Agama yang cukup banyak anaknya (8) orang. Tak pernah mengeluh apalagi berhutang dengan kondisi keuangan yang selalu pas pasan . Barangkali sikap hidup yang demikian itulah justru membawa berkah Allah swt. Sehingga hampir tak pernah menderita sakit yang berarti sampai akhir hayatnya dalam usia 82 tahun , kecuali karena musibah serangan wabah kolera pada tahun 1962 dulu. Beliau menikmati masa pensiun lebih dari 25 tahun.
Dimasa sepuh menjelang wafatnya sering dikhawatirkan semua putra putrinya terutama soal kesehatannya. Namun mbah Ahmad Ghozali tak pernah menunjukkan rasa takut ataupun cemas meskipun sering kali tinggal dirumah sendiri. Justru seolah terkesan menikmati kedamaian yang telah diupayakan oleh hatinya sendiri tanpa gangguan orang lain.
Meski tak sering ketemu , setiap kali jumpa anak anaknya selalau menanyakan perkembangan cucunya satu persatu . Kini beliau dalam istirahat penantian , dihalaman masjid Saripan Makam Aji ( sebutan umum Makam Haji ) berdampingan dengan mbah putri Syar’iyatun binti Imam Moersidi yang telah mendahului wafat pada bulan Agustus 1987.
Semoga Allah swt berkenan menerima taubat dan mengampuni semua kesalahan dan kekurangan beliau berdua. A mien.

Anonim mengatakan...

BAPAK H.OEMAR SYAHID
(H.R. TUMENGGUNG REKSDIPURO)
PURNAWIRAWAN YANG AUTODIDACT

Sesungguhnya semangat membangun ukhuwah yang diwujudkan dalam silaturrahmi keluarga besar SOE (L/D) OMO setelah wafatnya eyang putri Soelomo RA lebih terdorng oleh obsesi / keinginan yang kuat dari beliau ini.
Mbah Umar yang gemar belajar sendiri ( Auto Didact ) dan diskusi ini adalah pribadi yang berpandangan luas dan bebas , relatif lebih enerjik dari saudara2 sekandungnya yang lain. Sikap dan pandangan maju yang beliau miliki sudah kukenal sejak aku masih remaja . masih kuingat benar waktu itu tahun 60an banyak koleksi buku2 dirumah nya . banyak pula beliau sibuk urusan2 kemasyarakatan dan organisasi politik , beliau termasuk juga aktivis GUPPI dizaman keemasannya GOLKAR. Dan pernah juga buka usaha dibidang penerbitan / toko buku keluarga yang diberi nama Bani Sulomo yang kemudian bubar karena kurang dapat respon dari kakak /adiknya.
Pak Umar mengambil pensiun dini dalam usia relatif muda dalam jenjang kepangkatan TNI sebagai Mayor Angkatan Darat.
Menjelang usia 80an beliau mengurangi banyak aktifitas meskipun masih nampak sehat dan bergas . perhatiannya terhadap nasib ummat dan masa depan generasi muda tidak pernah luntur , hal itu nampak dari konsep2 pemikiran yang selalu muncul dalam obrolan pada setiap jumpa tamu dirumah atau dimanapun.
Dua orang puteranya Herawanto Syahid dan Nugroho telah mendahului ulang ke hadirat Illahi Rabbi dimakamkan di Saripan Makam Aji berkumpul dengan Jenazah kerabat kita yang lain.
Beliau wafat di tahun 2006 menyusul Ayah Ibunya SOELOMO dan MUHARROMAH serta semua adik2 dan kakak2 nya yang satu demi satu telah. pergi mendahului
Semoga Khusnul Khotimah amien.

Anonim mengatakan...

MENGENANG SIFAT TENANG DAN KEBERSAHAJAAN
BAPAK MARHABAN

Dibilangan kelurahan Sangkrah yang tidak jauh dari Stasiun Kereta Api warisan belanda di kecamatan Pasar Kliwon Solo menjelang tahun 60an mbah Marhaban tinggal dengan keluarga kecilnya , Beliau masih muda waktu itu , putra putrinya Pak Haryadi , Bu Tutik ,dan Bu Ida masih kanak2 , ketika anak2 sebayanya bermain dengan mbil2an kecil dibikin dari kulit jeruk bali , Pak Haryadi sudah punya mainan mbil kecil yang bisa berjalan dengan genjotan pedal.
Putera kelima Eyang Selomo ini selalu tampil tenang dan biasa biasa saja kondisi kesehatannya relatif stabil sejak muda sampai akhir hayatnya meskipun cukup lama beliau akrab dengan asap tembakau.
Peawakannya lebih tinggi dibanding dengan kakak2 nya , mungkin ini agak mirip dengan profil eyang kakung Soelomo Resoatmodjo.
Kalau saudara laki laki yang lain tidak pernah menampakkan minatnya dibidang bisnis , sepertinya beliau ini agak berbeda . aku ingat sesekali beliau punya aktifitas usaha dilauar pekerjaan utamanya sebagai NS dilingkungan Departemen Agama dikota Solo.
Lebih nampak lagi jiwa bisnis ini setelah menurun ke putra putrinya , ternyata Pak Haryadi dan BuTutik mewarisi sifat ulet dalam setiap bidang usaha , tentu ini bakat turunan dari Bapaknya. Ee ... ee... bener lho Aku pernah silaturrahmi kerumahnya di Kedung Asem Surabaya , kegiatan bisnis nya keluarga Bu Tutik selain di rumah juga diluar rumah . jadi kalo mau kesana harus kasih kabar dulu maksudnya supaya bisa ketemu
Soal komunikasi mBah Marhaban dengan saudara2nya lancar dan adem seperti penampilannya , tapi sepertinya kedekatan dengan kakak sulungnya mBah Ahyani boleh dibilang lebih dibanding dengan kakaknya yang lain.
Seliau mengakhiri masa tinggal di Sangkrah setelah memutuskan pindah ke kompleks Perumahan Ngringo Palur kira2 tahun 70an. Sampai wafat dan menjadi rumah induk bagi putra wayahnya sampai sekarang.
Pribadi yang cenderung pendiam dan apa adanya itu membuat diri dan keluarganya tak sering direpotkan dengan persoalan2 hidup , jdi tak banyak yang bisa dijadikan bahan cerita.
Semoga beliau mendapatkan ketenangan dan Ampunan Allah swt . seiring dengan selalu dikirim da dan harapan dari pura wayahnya. Amien

Anonim mengatakan...

TEBARAN SENYUM KERAMAHAN DAN KESABARAN
SANG PUTRA BUNGSU BP.H.RIDWAN


Adalah putera ke enam dari Eyang Soelomo Resoatmodjo . perawakannya agak tinggi dan simpatik menjadi putra bungsu yang tampil agak beda dengan kakak2 nya .
Keramahan dan sikap menghargai semua orang menjadi kesanku yang utama dan Insya Allah demikian juga dihati kerabatnya , dan tidak salah jika orang lainpun akan demikian pula melihatnya.
Ciri2 keshalehan beliau nampak nyata dengan tebaran senyum yang selalu beriring dengan ucapan kalimat Hamdalah dan Masyaa Allah dari lisannya ketika berkomunikasi dengan sesamanya , persis seperti Eyang H Abdussalam yang tidak lain adalah Eyang kakung dari Putra putrinya Bp. Ridwan alias Ayahanda Ibu Hj.Muslimah Ridwan.
Inbsya Allah sifat dan sikap beliau yang mulia ini menjadi tauladan bagi Putra putri dan Cucu2nya , dan contoh yang baik bagi kerabatnya.
Pepatah Jawa mengatakan ”TUMBU ENTUK TUTUP ” agaknya tepat untuk menggambarkan keberuntungan Pak Ridwan . Dari sifat ramah dan menghargai setiap orang itu , dikaruniakan profesi melayani masyarakat untuk urusan kesehatan .
Semoga itu semua menjadi tabungan amal Beliau bekal memperoleh kenikmatan dialam penantian hingga Yaumul Hisab dihari kemudian.
Bp. H. Ridwan kini sudah lama tiada , lebih cepat menghadap Allah swt daripada saudara2 tuanya Ibu Hj. Muslimah . telah menyusul pula dengan predikatnya ”Khusnul Khatimah.”
Sikap ramah dan menghargai orang lain telah menjadi ”pesan ruhani ” dan contoh yang nyata dari sosok putra bungsu keluarga Soelomo . agar kita pandai membangun silaturrahmi dan ukhuwah.


” SELAMAT ISTIRAHAT GENERASI PERTAMA BANIKU ”

Anonim mengatakan...

MENGENANG SIFAT TENANG DAN KEBERSAHAJAAN
BAPAK MARHABAN

Dibilangan kelurahan Sangkrah yang tidak jauh dari Stasiun Kereta Api warisan belanda di kecamatan Pasar Kliwon Solo menjelang tahun 60an mbah Marhaban tinggal dengan keluarga kecilnya , Beliau masih muda waktu itu , putra putrinya Pak Haryadi , Bu Tutik ,dan Bu Ida masih kanak2 , ketika anak2 sebayanya bermain dengan mbil2an kecil dibikin dari kulit jeruk bali , Pak Haryadi sudah punya mainan mbil kecil yang bisa berjalan dengan genjotan pedal.
Putera kelima Eyang Selomo ini selalu tampil tenang dan biasa biasa saja kondisi kesehatannya relatif stabil sejak muda sampai akhir hayatnya meskipun cukup lama beliau akrab dengan asap tembakau.
Peawakannya lebih tinggi dibanding dengan kakak2 nya , mungkin ini agak mirip dengan profil eyang kakung Soelomo Resoatmodjo.
Kalau saudara laki laki yang lain tidak pernah menampakkan minatnya dibidang bisnis , sepertinya beliau ini agak berbeda . aku ingat sesekali beliau punya aktifitas usaha dilauar pekerjaan utamanya sebagai NS dilingkungan Departemen Agama dikota Solo.
Lebih nampak lagi jiwa bisnis ini setelah menurun ke putra putrinya , ternyata Pak Haryadi dan BuTutik mewarisi sifat ulet dalam setiap bidang usaha , tentu ini bakat turunan dari Bapaknya. Ee ... ee... bener lho Aku pernah silaturrahmi kerumahnya di Kedung Asem Surabaya , kegiatan bisnis nya keluarga Bu Tutik selain di rumah juga diluar rumah . jadi kalo mau kesana harus kasih kabar dulu maksudnya supaya bisa ketemu
Soal komunikasi mBah Marhaban dengan saudara2nya lancar dan adem seperti penampilannya , tapi sepertinya kedekatan dengan kakak sulungnya mBah Ahyani boleh dibilang lebih dibanding dengan kakaknya yang lain.
Seliau mengakhiri masa tinggal di Sangkrah setelah memutuskan pindah ke kompleks Perumahan Ngringo Palur kira2 tahun 70an. Sampai wafat dan menjadi rumah induk bagi putra wayahnya sampai sekarang.
Pribadi yang cenderung pendiam dan apa adanya itu membuat diri dan keluarganya tak sering direpotkan dengan persoalan2 hidup , jdi tak banyak yang bisa dijadikan bahan cerita.
Semoga beliau mendapatkan ketenangan dan Ampunan Allah swt . seiring dengan selalu dikirim da dan harapan dari pura wayahnya. Amien

2008 Oktober 12 21:46


Anonim berkata...
TEBARAN SENYUM KERAMAHAN DAN KESABARAN
SANG PUTRA BUNGSU BP.H.RIDWAN


Adalah putera ke enam dari Eyang Soelomo Resoatmodjo . perawakannya agak tinggi dan simpatik menjadi putra bungsu yang tampil agak beda dengan kakak2 nya .
Keramahan dan sikap menghargai semua orang menjadi kesanku yang utama dan Insya Allah demikian juga dihati kerabatnya , dan tidak salah jika orang lainpun akan demikian pula melihatnya.
Ciri2 keshalehan beliau nampak nyata dengan tebaran senyum yang selalu beriring dengan ucapan kalimat Hamdalah dan Masyaa Allah dari lisannya ketika berkomunikasi dengan sesamanya , persis seperti Eyang H Abdussalam yang tidak lain adalah Eyang kakung dari Putra putrinya Bp. Ridwan alias Ayahanda Ibu Hj.Muslimah Ridwan.
Inbsya Allah sifat dan sikap beliau yang mulia ini menjadi tauladan bagi Putra putri dan Cucu2nya , dan contoh yang baik bagi kerabatnya.
Pepatah Jawa mengatakan ”TUMBU ENTUK TUTUP ” agaknya tepat untuk menggambarkan keberuntungan Pak Ridwan . Dari sifat ramah dan menghargai setiap orang itu , dikaruniakan profesi melayani masyarakat untuk urusan kesehatan .
Semoga itu semua menjadi tabungan amal Beliau bekal memperoleh kenikmatan dialam penantian hingga Yaumul Hisab dihari kemudian.
Bp. H. Ridwan kini sudah lama tiada , lebih cepat menghadap Allah swt daripada saudara2 tuanya Ibu Hj. Muslimah . telah menyusul pula dengan predikatnya ”Khusnul Khatimah.”
Sikap ramah dan menghargai orang lain telah menjadi ”pesan ruhani ” dan contoh yang nyata dari sosok putra bungsu keluarga Soelomo . agar kita pandai membangun silaturrahmi dan ukhuwah.


” SELAMAT ISTIRAHAT GENERASI PERTAMA BANIKU ”

2008 Oktober 12 21:48

Anonim mengatakan...

Entah saya ini generasi keberapa dari simbah buyut pendiri kumpulan bani soelomo-soedomo ini, dengan membaca profile singkat diatas tentang eyang kakung dan eyang putri(kalo saya menyebut beliau-beliau ini) membuat hati saya "trenyuh" dan serasa diri saya ini "flash back" ke belakang dan berhadapan dengan mereka.
terlebih lagi kepada kakek tercinta saya Simbah Purwo kalo dulu kita biasa panggil untuk Mbah Ahmad Ghozali yang mendidik anak dan cucunya untuk tegar dan kuat menghadapi tantangan dunia yang semakin hari semakin kompleks adanya.
Selain itu saya juga menaruh apresiasi terhadap Simbah Umar. Yang selalu terngiang di telingan saya adalah setiap ketemu selalu ditanya " dit, isih sok melu jaulah neng jantung anom ra", usut punya usut ternyata simbah umar ini satu almamater dengan saya untuk urusan jaulah. Pemikiran beliau yang kritis dan cerdas akan selalu dalam kerinduan saya manakala saya usai rapat dan diskusi karena simbah yang satu inilah yang mengajarkan saya untuk berdiskusi (beliau tidak memandang umur dalam berdiskusi dan memposisikan kita sebagai teman diskusi yang menarik dan patut diperhatikan).
satu lagi simbah yang membekas di kalbu saya adalah Mbah Ridwan, saya ingat betul mbah wan ini yang selalu "nyuntik" saya ketika masih kecil di puskesmas kartopuran,mbah wan juga yang mengajarkan "adit kecil" untuk tidak takut dengan jarum suntik, kata katanya menyejukkan dan terbukti saya sekarang jadi ga akut sama yang namanya jarum suntik apalagi jarum jahit
untuk simbah yang lain saya kurang banyak berinteraksi namun saya menaruh hormat pula kepada mereka dan tak lupa setiap salaman waktu lebaran mencium tangan beliau beliau ini yang pastinya adalah tangan-tangan yang patut untuk dicium karena pengabdian dan keikhlasannya

.KEL.THAMZ mengatakan...

NOSTALGI RELIGI

<Tiga puluh meter melangkah maju serong kiri nyeberang jalan haji misbah selepas undakan gerbang utara Masjid Agung Surakarta terdapat regol ( gerbang kayu ) kecil
rumah Eyang Setjo ( Seco ) Hastono putri yang sudah berusia sembilan puluh tahunan.. Dua orang cucu buyutnya yang masih balita bermain memasuki sambil menginjaki pantat botol2 kecap dengan kaki kirinya yang ditanam nungging berjajar dipinggir gang menuju rumah tinggalnya .
Ghozali Ahmadi bersama Syar’iyatun isterinya tinggal dirumah neneknya bersama dua orang anak2 balitanya itu menyatu dengan penghuni lain yang juga masih sepupunya.
Mbah yut …begitu kebanyakan orang sekitar menyebut untuk panggilan keakraban sudah menjadi gelar seseorang yang paling sepuh ( tua ) di keluarga besar R.Ngt.Setjo Hastono .
Kecintaan mbah yut dengan cucu buyut yang jumlahnya lebih dari dua lusin sangat dirasakan ketika disowani ( didatangi ) selalu mendoakan dengan suaranya yang lirih dan bergetar , ada kalimat yang standar selalu terucap Alhamdu lillaah mugo2 pada waras sregep ngibadahe . diusianya yang sudah jauh dari sebutan muda , beliau amat rajin menjalani ibadah shalat wajib dan sunnah diatas sajadah yang ditaruh selalu berdekatan dengan selembar tikar yang dibuat dari kulit kambing yang dikeringkan . hari hari masih selalu sedia wedang kopi bergula jawa ditaruh dalam porong besar ditutup rapat dengan penutup tebal terbuat dari kain yang dilapis dengan kapuk randu berbentuk seperti kerudung kasur supaya panasnya bertahan sampai sore. Wedang kopi itu bukan hanya untuk konsumsi dirinya saja tapi juga buat tamu2 yang datang kepadanya . Tempolong ( semacam kaleng dari kuningan yang bentuknya agak mengerucut ) selalu ada disampingnya tempat membuang ludah yang berwarna merah darah bercampur sepah bekas sirih , gambir dan kapur yang dikunyah, lalu diselipkan kepalan kecil tembakau disisi kiri dalam mulutnya , sesekali diputar posisinya ke sebelah kanan .Uang logam perunggu yang bergambar Pangeran Diponegoro banyak disimpan bercampur uang2 logam lain yang nilainya lebih kecil dari 50 sen , sesekali dipisah terutama dengan uang logam yang tengahnya bolong ( 5 sen ) , ketika itu duit logam bolong adalah nilai terkecil yang cuma pantas dikantongi anak2 buat jajan sebungkus ketan juruh , ( ketan yang ditaburi parutan kelapa dan cairan kenthal gula jawa diatasnya ) , sedang logam diponegoro masih dapat ditukar dengan dua tusuk sate usus /jeroan sapi bumbu sambel kacang dan lontongnya yang dijual mbah Citro di sebelah rumah depan gapura utara masjid agung surakarta, atau untuk ongkos cukur rambut di Barbir DOLEO ( Doleo Barber shop ) .tukang cukur paling top di kampung Pengulon Wetan ( Kauman ) saat itu .....

.KEL.THAMZ mengatakan...

Waktu itu Mursid dan Tamsir kecil belum pandai mencatat dan mengingat apapun peristiwa yang dialaminya kecuali suara Ngaji dan Adzan yang dikumandangkan Den Salimin penghafal Qur’an Tuna Netra yang suranya terkenal bagus, dan gamelan sekaten yang mengumandang beberapa hari di bulan maulud. Memang tak banyak peristiwa besar yang aneh2 karena negeri ini baru sekitar sepuluh tahun merdeka dari jajahan belanda .Peristiwa aneh2 justru lahir dijaman yang semakin jauh dari saat diproklamirkan hari kemerdekaan.
Disini ….hari ini … Mbah Yut R.Ng. Setjohastono , yang sudah sangat jarang lagi disebut namanya oleh buyut2nya yang mungkin sudah terlupa karena sebagian mungkin telah tiada pula , atau mungkin Eyang Putri Muharromah Resoatmodjo salah satu putri mbah Yut tak pernah cerita kisah tentang Ibunya , dan juga KRT. H. Umar Syahid Reksodipuro lebih banyak bertutur tentang Ayahnya Soelomo Resoatmodjo saja dan atau mungkin karena semakin jauhnya rentang waktu yang menghubungkan sejarah Soekarno dan Yudhoyono


Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Wassalam >

Anonim mengatakan...

Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah s.w.t. telah menutup Surah Al-Baqarah dengan dua ayat yang diberikan kepadaku dari perbendaharaan dibawah Arsy,maka pelajari olehmu dan ajarkan pada isteri dan anak-anakmu sebab itu sebagai solat dan bacaan serta doa" (Riwayat Al-Hakim dari Abu Dzar r.a.)